Launching Buku 15 Tahun Poliwangi

Politeknik Negeri Banyuwangi melakukan launching Buku “15 Tahun Politeknik Negeri Banyuwangi Berkarya Untuk Negeri”. Salah satu tokoh dan juga mantan bupati Banyuwangi yang merupakan pelaku sejarah yang ikut hadir dalam perjalanan perkembangan kampus Politeknik Negeri Banyuwangi. Acara peluncuran buku ini digelar di Resto Hotel Jinggo Politeknik Negeri Banyuwangi, Kamis 22 Juni 2023.

Ninik Sri Rahayu, S.H., M.H. sebagai ketua panitia launching buku sekaligus perintis Politeknik Negeri Banyuwangi, menyampaikan Buku sejarah Poliwangi adalah permintaan dari Almarhum Son kuswadi Direktur Politeknik Negeri Banyuwangi periode sebelumnya "Pak Son menginginkan jika Politeknik Negeri Banyuwangi memiliki buku sejarah untuk memberikan pelajaran kepada generasi masa depan utamanya keluarga besar Politeknik Negeri Banyuwangi".

Buku yang diluncurkan berjudul “15 Tahun Politeknik Negeri Banyuwangi, Berkarya untuk Negeri” ditulis oleh tiga orang penulis yaitu Sukemi, Adriono dan Rusdi Zaki. Buku setebal 247 halaman ini berkisah tentang jejak langkah Poliwangi dari mulai dirintis, berdiri sebagai perguruan tinggi swasta sampai menjadi salah satu politeknik negeri yang maju. Buku ini juga berkisah tentang sebuah kampus yang berlokasi di kawasan Labanasem, Kec. Kabat, Banyuwangi yang dulu sempat dianggap sebagai kampus PPP atau paran-paran padang alias tidak ada apa-apanya. Tetapi kini menjadi politeknik besar di Bumi Blambangan yang memiliki gedung praktek yang memadai dan tengah menambah gedung baru setinggi tujuh lantai.

Acara launching ini juga dihadiri sejumlah pimpinan perguruan tinggi swasta di Banyuwangi, pejabat dari pemerintah daerah Banyuwangi, pemerhati pendidikan, serta warga intern kampus. Peluncuran buku dikemas dalam bentuk talkshow yang santai tapi serius. Dihadari narasumber yang berperan besar dalam melahirkan Poliwangi yaitu Dr. Ratna Ani Lestari, SE, MM (Bupati Banyuwangi periode 2005-2010), Drs. H. Sabari, M.Pd, Ketua Yayasan YPTB, dan Sugihartoyo, SH, MH, serta anggota tim teknis pendirian Poliwangi.

Ratna mengatakan "dulu ide mendirikan Poliwangi adalah untuk menolong dan mengembangkan SDM di daerahnya, terutama para petani dan nelayan. Juga ingin mengembangkan dunia pariwisata, karena berdekatan dengan Pulau Bali. Bukan untuk tujuan komersial sama sekali". Dirinya mengaku bersyukur jika akhirnya Poliwangi yang inisiasi awal oleh Pemkab Banyuwangi dan didukung DPRD tersebut dapat berkembang pesat. “Waktu itu ada 60 kabupaten di Indonesia yang berminat mendirikan politeknik, tetapi jatah untuk batch 2 hanya ada enam titik. Setelah diseleksi yang dapat hanya lima titik, salah satunya ya Poliwangi ini,” katanya.

Sementara itu Sugihartoyo, SH, MH, menjelaskan urgensi membuat buku sejarah bagi sebuah institusi. “Sejarah adalah spirit. Jika sejarah itu tertulis, maka nilai-nilai dan spirit yang menjiwai para perintis dan pendiri saat mendirikan Poliwangi dapat dikenali lalu dapat diwariskan kepada generasi penerusnya,” katanya.

Semoga dengan adanya buku ini membuat generasi Masa depan Politeknik Negeri Banyuwangi tidak melupakan sejarah.