Adanya COVID 19 memberikan dampak yang signifikan terhadap beberapa aspek, salah satunya adalah aspek ekonomi. Dampak yang dirasakan bagi pengusaha adalah keberlangsungan usaha dimana akibat kondisi ini para pengusaha mengalami penurunan omset yang drastis dikarenakan adanya pemberlakuan kebijakan oleh pemerintah tentang pembatasan aktivitas di luar rumah. Adanya himbauan pemerintah seperti social distancing, pembatasan sarana transportasi, penutupan tempat wisata dan pembatasan tempat public memberikan pengaruh terhada omset dari para pelaku usaha. Hal ini tidak hanya dirasakan oleh industri/pengusaha besar, tetapi juga dirasakan oleh kelompok usaha kecil menengah.
Banyuwangi merupakan salah satu Kabupaten yang berada di zona merah dan menerapkan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 4 yang dimulai sejak 3 Juli 2021. Kondisi ini membuat kelompok usaha menjadi lesu dan kehilangan pendapatan hampir 50% dibandingkan dengan kondisi normal, seperti di bidang kuliner dan kerajinan lokal dimana yang biasanya Banyuwangi menyelenggarakan banyak kegiatan festival, maka sampai saat ini hal tersebut belum dapat diselenggarakan. Dengan ditutupnya wisata di Banyuwangi menyebabkan berkurangnya penjualan produk. Salah satu masyarakat yang merasakan dampak ini adalah masyarakat yang tergabung pada kelompok Pelangi Migran di Desa Kendalrejo kecamatan Tegaldlimo. Pelangi Migran adalah kelompok masyarakat yang anggotanya adalah ibu-ibu eks tenaga kerja Indonesia dan berdiri sejak akhir tahun 2018. Kelompok ini mempunyai produk unggulan yakni tas anyaman yang berbahan baku dari jenis plastik, selain itu kelompok pelangi migran juga mempunyai keterampilan berbagai olahan makanan yang diproduksi dengan cara sederhana berbasis industri rumah tangga. Dari rata rata produksi yang dihasilkan oleh kelompok ini ditahun 2019 sekitar 1500 biji tas perbulan, dan di masa Pandemi Covid-19 ini kelompok Pelangi Migran hanya bisa memproduksi sekitar 500 perbulan. Produksi olahan makanan juga terdampak Pandemi Covid-19, yang semula bisa memproduksi 70 Kg/bulan ditengah pandemi ini kelompok Pelangi Migran hanya mampu memproduksi 25 Kg/bulan. Akibatnya kesulitan modal dalam proses produksi menjadi kendala bagi POKMAS ini.
Berdasarkan kondisi tersebut, maka perlu ada upaya yang dilakukan untuk membantu usaha untuk bangkit dan meningkatkan kembali kegiatan usahanya agar produktivitas dan omzet secara perlahan-lahan akan meningkat lagi. Untuk itu, Tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) dari Politeknik Negeri Banyuwangi yang terdiri dari Dosen dan Mahasiswa melalui sumber pendanaan PNBP Tahun 2021 menjalankan tugas dari salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi dengan menerapkan batasan peserta dan melakukan kegiatan dengan metode blended (online dan offline). Kegiatan ini diketuai oleh Nuraini Lusi, Dosen Program Studi Teknik Mesin, dengan anggota Asmaul Khusna, Dosen Program Studi Pengolahan Hasil Ternak, M. Nur Shodiq Dosen Program Studi Teknik Informatika, dan Wartini Program Studi Akuntansi Politeknik Mitra Global melakukan pembinaan dan pendampingan usaha melalui pelatihan serta pemberian teknologi tepat guna. Tema kegiatan ini adalah Pemberdayaan Kelompok Masyarkat Pelangi Migran Berbasis Ekonomi Kreatif Untuk Meningkatkan Daya Saing Tas Anyaman Plastik Sebagai Produk Unggulan Desa Kendalrejo.
Nuraini Lusi mengungkapkan bahwa “Tujuan utama dalam kegiatan ini tidak hanya berfokus pada peningkatan pendapatan POKMAS tetapi bagi desa juga akan dibentuk suatu identitas desa atau ciri khas desa yang menjadi branding dalam pembentukan produk unggulan desa yang terfokus pada sentra pengrajin tas anyaman”. Adapun kegiatan yang dilakukan adalah pelatihan manajemen usaha, branding, dan digital advertising. “Saat ini, Pelangi migran hanya berfokus kepada proses produksi, mereka belum tahu bagaimana mengelola keuangan usahanya dengan keuangan pribadi atau rumah tangga. Begitu pula dengan pembukuan keuangan, mereka tidak membuat laporan keuangan usahanya karena mereka merasa ribet dan kurang pengetahuan tentang pembukuan” ujar Wartini, S.E., M.Si selaku pemateri pada kegiatan manajemen pelatihan. Dia juga mengungkapkan bahwa dalam pelatihan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan kelompok dengan dibuat pembukuan secara simple dan mudah dipahami serta dapat diaplikasikan ke dalam manajenem keuangan Pelangi migran. Pelatihan ini juga didukung oleh Bapak Syakowi selaku Pendamping Inovasi Desa (PID) Kendalrejo.
“Dengan memiliki laporan keungan dan cash flow, maka pelangi migran telah memenuhi salah satu persyaratan dalam mengajukan modal dari pemerintah” ujarnya. “Kami berterima kasih atas ilmu baru yang diberikan oleh tim dosen dan ini menjadi motivasi bagi kami untuk dapat mengatur dan mencatat segala keuangan dalam proses produksi” ujar ibu kholifah selaku ketua POKMAS. Dengan adanya penyusunan laporan keuangan maka setiap bentuk aktivitas dilakukan pun akan ada data atau laporannya secara detail, hal ini akan membuat kemudahan bagi ibu-ibu POKMAS untuk dapat melakukan manajemen usaha secara baik dan efisien.
Kegiatan pendampingan selanjutnya yang dilakukan oleh tim adalah pelatihan branding produk, kegiatan branding adalah aktivitas yang perlu dipertimbangkan dalam upaya membentuk kesadaran (brand awareness) agar produk yang dibuat lebih dikenal oleh konsumen. Materi yang diberikan meliputi hak kekayaan intelektual, peran merek dalam promosi produk, serta tata cara pendaftaran merek. Dalam hal ini juga dijelaskan tentang fasilitas yang diberikan oleh pemerintah kabupaten Banyuwangi yaitu rumah kreatif sebagai tempat umkm dapat berkonsultasi dan mendesain logo serta merek produk mereka secara gratis.
Pada kegiatan PKM ini, tim juga membantu pelangi migran dalam hal proses produksi makanan lokal yang diproduksi oleh Pelangi migran. Pada saat sebelum adanya pandemi, usaha kuliner berupa dodol buah naga banyak diminati, wisatawan di alas purwo misalnya, menjadikan dodol buah naga sebagai oleh-oleh khas Banyuwangi untuk dibawa pulang “pesanan kami untuk buah naga membludak pada saat tahun baru, musim liburan biasanya kami dapat memproduksi 75 kg sebulan” ujar ibu kholifah. Dalam prosesnya, sebelumnya dilakukan secara manual dengan alat dan perlengkapan skala rumah tangga, hal ini menjadikan tim kegiatan memiliki inisiatif yaitu membuat mesin pengaduk dodol/jenang yang dapat mempersingkat waktu produksi dan meningkatkan kapasitas produksi. Mesin yang dirancang dapat mudah dioperasikan, bu kholifan juga menyampaikan bahwa “proses membuat dodol biasanya kami lakukan manual selama 4 jam, dengan alat pengaduk ini kami hanya membutuhkan waktu 2 jam, kapasitasnya pun juga lebih banyak”. “dengan adanya alat ini, membantu kami juga dalam melakukan langkah selanjutnya adalah mendapatkan PIRT dari dinas Kesehatan kabupaten Banyuwangi, karena sebelumnya persyaratan yang dibutuhkan belum semua terpenuhi, salah satunya adalah teknologi yang digunakan masih manual” tutur pak Syakowie dari pendamping inovasi desa (PID). Penyerahan alat kepada Pelangi migran ini juga dihadiri oleh kepala desa dan sekretaris desa setempat.
Untuk mendukung usaha tas anyaman, penambahan variasi/jenis tas perlu dilakukan agar produk yang dibuat semakin banyak. Kelompok masyarakat ini masih memproduksi tas dengan bahan strapping (limbah plastik), sehingga perlu diberikan pelatihan tentang pembuatan produk anyaman dengan bahan yang lain yang saat ini sedang dibanjiri peminat, salah satunya adalah tas anyaman dengan bahan jali. Kegiatan pelatihan ini diselenggarakan di Rakhis Grosir Genteng sebagai pusat pembuatan tas anyaman, “Produksi tas anyaman jali harganya lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan tas berbahan straping, harga juaknya lebih tinggi dan dari segi peminat juga banyak, biasanya kami menerima pesanan bukan hanya di Banyuwangi tetapi juga sampai ke Papua” Ujar H. Maulana selaku pelatih dan pemilik Rakhis Grosir. Melalui kegiatan ini, kelompok Pelangi migran memiliki kemampuan untuk membuat produk baru dengan bahan tas anyaman jali yang nantinya diharapkan dapat meningkatkan produktifitas dan ekonomi khususnya masayarakat Kendalrejo, tutur wiwin selaku peserta pelatihan.