Pada 12 April 2023 lalu, telah dilakukan kegiatan workshop penyiapan dokumen Program Studi Baru Teknologi Geologi di ruang smart class gedung 454 secara hybrid. Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan studi kelayakan terkait usulan pembukaan Prodi Teknologi Geologi. Mengundang para pakar bidang geologi sekaligus praktisi di dunia industri yang diantaranya, Abdul Bari, S.T., M.T. merupakan Vice President Exploration PT Antam Tbk, Direktur PT Borneo Edo International, Direktur PT Dwimitra Enggang Khatulistiwa, kemudian Firman Sauqi Nur Sabila, S.T., M.T. selaku tenaga ahli bidang volcano geologis, dan Abdillah Baraas yang merupakan Head of The Ijen Geopark.
Tim taskforce pengajuan Prodi D3 Teknologi Geologi ini diketuai oleh Ketua Jurusan Teknik Sipil Wahyu Naris Wari, S.T., M.T. secara langsung, serta beranggotakan diantaranya Ketua SPMI Poliwangi Ika Yuniwati, S.Pd., M.Si., Ketua Unit Urusan Internasional dan Kerjasama Riza Rahimi Bachtiar S.P., M.P., MBA. Program ini merupakan arahan dari Direktur Poliwangi M. Shofiul Amin, S.T., M.T. menanggapi permintaan industri terhadap hadirnya prodi Geologi.
Abdul Bari S.T., M.T., dalam pemaparannya secara panjang lebar mengungkapkan, “Berdasarkan laporan terbaru dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia, sektor pertambangan dan energi di Indonesia mengalami pertumbuhan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat peluang yang baik untuk pembukaan program studi D3 geologi di Banyuwangi karena hingga saat ini program studi D3 geologi hanya ada di Politeknik Energi dan Pertambangan Bandung. Selain itu, Banyuwangi memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah, termasuk sumber daya mineral dan tambang, sehingga pembukaan program studi D3 geologi dapat membantu mengembangkan tenaga kerja lokal dan memfasilitasi kebutuhan tenaga ahli yang dibutuhkan di wilayah tersebut. Pembukaan program studi D3 geologi di Banyuwangi dapat membuka peluang bagi lulusan untuk bekerja terutama di sektor pertambangan dan energi di wilayah Banyuwangi. Selain itu, program studi D3 geologi dapat berpotensi memfasilitasi penelitian dan pengembangan sumber daya alam, serta membantu memperbaiki infrastruktur geologi dan pengetahuan tentang lingkungan geologi dan geowisata di Banyuwangi. Pembuatan program studi D3 geologi sangat layak dilakukan karena dapat membantu memperkuat pengetahuan dan pemahaman tentang potensi geologi dan tambang di wilayah Banyuwangi, serta memfasilitasi penelitian dan pengembangan sumber daya alam yang berkelanjutan. Pembukaan program studi D3 geologi juga dapat memfasilitasi kerjasama dengan pihak-pihak industri dan pemerintah dalam bidang geologi dan sumber daya alam di wilayah Banyuwangi”
Tak ketinggalan Ketua Ijen Geopark, Abdillah Baraas juga menyatakan bahwa “Kondisi Geologi Banyuwangi yang lengkap mulai dari gunungapi aktif, fosil gunungapi yang menjadi mineralisasi emas dan tembaga, batuan kars, geologi kelautan sepanjang 175 km, serta batuan sedimen menjadikan Banyuwangi butuh institusi yang bergerak di bidang geologi atau kebumian. Potensi Kabupaten Banyuwangi yang sangat strategis ini didukung dengan posisinya yang di tengah geografis Indonesia dan sangat dekat dengan Ibu Kota Nusantara yang baru menjadi poin penting bagi berdirinya Prodi Teknologi Geologi di Poliwangi. Beberapa tahun belakangan ini sangat banyak akademisi maupun mahasiswa yang melakukan kuliah lapangan ilmu kebumian ke Banyuwangi, ditambah adanya tambang emas di daerah pulau merah, pemanfaatan energi panas bumi di daerah Ijen, dan masih banyak tambang- tambang lain di pulau-pulau sebelah, ditambah sudah ada SMK yang bergerak di bidang geologi, menjadikan Poliwangi sangat layak untuk mendirikan Prodi Teknologi Geologi pertama di Jawa Timur”
“Terletak di ujung timur Pulau Jawa, Kabupaten Banyuwangi memiliki keragaman bentangalam geologi yang luar biasa. Mulai dari gugusan perbukitan tua di sepanjang pantai selatan seperti Taman Nasional Meru Betiri, Pulau Merah, hingga Pantai Grajagan yang merupakan fosil dari sisa aktivitas gunungapi yang pernah aktif 30 juta tahun yang lalu. Bergerak ke timur terdapat Taman Nasional Alas Purwo dengan kawasan bentangalam karstnya yang merupakan bukti terangkatnya lautan dangkal sekitar 5 juta tahun yang lalu. Hingga jajaran kerucut gunungapi yang aktif sejak 300 ribu tahun lalu yaitu kompleks Gunungapi Ijen yang menjadi benteng dari barat mulai dari G. Raung, G. Suket, G. Pendil, G. Ranti, G. Merapi, hingga G. Kawah Ijen. Secara regional pun kondisi geologis Banyuwangi sangat menarik, posisinya terletak di ujung timur benua tua Sundaland di Indonesia bagian barat yang langsung berbatasan dengan region geologi Indonesia bagian timur. Potensi sumberdaya alamnya sangat melimpah dari mineral, migas, hingga panasbumi (geotermal). Selain itu potensi bencana geologinya juga beragam dari tsunami, gempa bumi, erupsi gunungapi, longsor, hingga likuifaksi. Banyuwangi termasuk ke dalam kawasan cagar konservasi geologi yaitu Taman Bumi (Geopark) yang telah diresmikan secara internasional yaitu Ijen Unesco Global Geopark (IUGGp). Selain Ijen, juga terdapat Batur UGGp dan Rinjani UGGp di sebelah timur dan Gunungsewu UGGp di barat Banyuwangi menjadikan posisinya sangat strategis untuk menjadi pusat studi konservasi dan wisata geologi. Berdasarkan kondisi dan potensi geologi yang sangat luar biasa ini, maka dibutuhkan pusat edukasi dan riset geologi di Banyuwangi, dalam hal ini perguruan tinggi, untuk menjadi wadah berkembangnya ilmu pengetahuan di bidang kebumian. Maka dari itu dalam menjawab tantangan tersebut, Poliwangi sebagai salah satu kampus terkemuka di Banyuwangi memiliki segudang potensi dan motivasi yang kuat untuk menjadi pusat pengembangan ilmu geologi di Banyuwangi dan sekitarnya dalam wujud pendirian program studi baru D3 Teknologi Geologi. Hal ini tentunya sangat baik dan pastinya akan memiliki dampak sangat luar biasa terutama untuk pengembangan sumberdaya manusia berbasis ilmu pengetahuan geologi yang mungkin masih jarang ditemui di kawasan Banyuwangi dan sekitarnya” imbuh tenaga ahli bidang volocanologi Firman Sauqi.
Dalam sambutannya, Naris selaku ketua tim taskforce menyampaikan bahwa dukungan dan potensi laboratorium alam di Banyuwangi memberikan energi full bagi tim untuk segera berprogress dengan menggandeng ITB dalam pengusulannya dan operasionalnya kelak. “Direktur menargetkan Juni harus sudah upload ke Silemkerma” Ungkapnya.