Indonesia saat ini sedang mengerjakan proyek High Speed Railway _HSR_/ kereta api cepat rute Jakarta Bandung. Proyek kereta cepat Jakarta-Bandung ditargetkan pada akhir tahun 2020 dan menjadi kereta cepat pertama di Asia Tenggara. Indonesia bekerjasama dengan China untuk merampungkan proyek kereta cepat pertama di Indonesia tersebut.
Pada pertengahan bulan Juni 2019 hingga minggu pertama Bulan Juli 2019 Indonesia mengirimkan 10 dosen dari tiga Politeknik Negeri di Indonesia untuk mengikuti training terkait high speed railway. Diantaranya yaitu Politeknik Negeri Jakarta, Politeknik Negeri Madiun, dan Politeknik Negeri Banyuwangi. Ketiga Politeknik tersebut memiliki potensi untuk mengembangkan Program Studi Perkeretaapian, sehingga kegiatan ini dimaksudkan untuk mempersiapkan SDM dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Saat ini yang sudah membuka Program Studi Perkeretaapian yaitu dari Politeknik Negeri Madiun.
Poliwangi mengirimkan empat dosen dari Jurusan Teknik Sipil, yang diantaranya yaitu Enes Ariyanto Sandi, S.T., M.M., M Shofiul Amin S.T., M.T., Yuni Ulfiyati, S.T., M.T., dan Wahyu Naris Wari, S.T., M.T. “Ini merupakan kesempatan yang sangat berharga bagi kami untuk bisa belajar langsung ke China, seperti yang telah diketahui bersama, bahwa China bersama Indonesia sedang mengerjakan Proyek HSR Jakarta – Bandung. Disana kami banyak sekali mendapatkan sharing technology dan juga knowledge terutama terkait aplikasi HSR, bukan hanya dari China, tapi juga dari peserta negara lainnya yang diantaranya Ethiopia, Bangladesh, Mesir, dan Mongolia” Ucap salah satu Dosen Teknik Sipil Poliwangi Bidang Manajemen dan Rekayasa Transportasi.
“Semoga semua rangkaian kegiatan training yang telah dijalankan memberikan kemanfaatan bagi ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mencetak lulusan Poliwangi sesuai kebutuhan industri” Ucap Son Kuswadi, Direktur Poliwangi.
Kegiatan training ini diselenggarakan oleh China Railway Eryuan Group Co. Ltd _CREEC_, yang didukung oleh Departemen of International Cooperation Ministry of Science and Technology of the Peoples’s Republic of China. Jumlah peserta training pada tahun ini yaitu terdiri dari 22 peserta dari berbagai negara.