Perkembangan teknologi konstruksi bangunan semakin pesat diiringi dengan pemanfaatan material-material instan yang modern sudah banyak dimanfaatkan sebagai material konstruksi. Salah satunya yaitu material baja ringan (galvalum) sudah banyak digunakan sebagai konstruksi atap. Selain itu material ini juga memiliki berat yang sangat ringan jika dibandingkan material lain seperti kayu, baja maupun beton. Tetapi material baja ringan ini belum direkomendasikan untuk konstruksi utama struktur kolom pada bangunan yang memiliki ukuran besar atau bertingkat. Sehingga pemakaian baja ringan pada konstruksi yang cukup besar pada konstruksi utama bisa berakibat tidak stabilnya konstruksi terutama pada konstruksi atas bangunan. Tim Dosen Jurusan Teknik Sipil Poliwangi yakni M. Shofiul Amin, Mirza Ghulam, dan Qurotus Shofiyah bekerjasama dengan yayasan NU bersama masyarakat sekitar dalam menerapkan Teknologi Penguatan Konstruksi pada bangunan Klinik Kesehatan yang berlokasi di desa Blimbingsari dari awal Juni hingga akhir bulan Juli. Klinik yang memiliki ukuran panjang 16 m dan lebar sekitar 5 m ini merupakan satu satunya unit kesehatan yang berada di wilayah Kecamatan Blimbingsari dengan asas membantu rakyat miskin.
“Hasil survei selanjutnya kita lakukan evaluasi awal, konstruksi tersebut kurang memperhitungkan beban lateral yang bekerja seperti angin dan hujan mengingat lokasi bangunan terletak di kawasan pesisir pantai,” Ungkap Shofi selaku ketua Tim Dosen Teknik Sipil Poliwangi. Lebih lanjut ia menjelaskan berdasarkan penelitian terdahulu salah satu cara untuk memperoleh kekakuan pada bangunan adalah dengan memasang bracing, penambahan bracing dilakukan untuk mengatasi displacement yang besar pada struktur baja sehingga diperoleh displacement yang jauh lebih kecil.