TANGANI MASALAH SAMPAH, UKM IMAM POLIWANGI BERDAYAKAN MASYARAKAT MELALUI POS (PROGRAM OLAH SAMPAH) DENGAN TEKNOLOGI MESIN CRUSHER BERTENAGA SURYA
Gambar 1 Alat mesin crusher

Mahasiswa UKM IMAM Politeknik Negeri Banyuwangi (Poliwangi) memberdayakan masyarakat melalui program olah sampah (POS) terutama dalam pengolahan sampah organik. Rusdi selaku ketua pelaksana PHDB UKM IMAM menjelaskan, “Mesin crusher ini melakukan pencacahan sampah organik dengan tenaga surya, lebih ramah lingkungan daripada menggunakan tungku talikung untuk pembakaran sampah.”

Desa Pakistaji, Kecamatan Kabat dipilih sebagai lokasi Program Hibahh Desa Binaan (PHDB) 2021. Desa Pakistaji ini dipilih karena lokasi yang disurvey oleh Tim PHDB memiliki permasalahan terhadap sampah. Sampah organik yang diproduksi masyarakat terutama sampah dapur belum di olah kembali sehingga terkadang menjadi permasalahan setempat. Dengan pelaksanaan sosialisasi, penyuluhan hingga pembuatan alat dari akhir Bulan Mei hingga akhir Agustus 2021, program ini berjalan lancar hingga penyerahan alat kepada masyarakat.

Gambar 2 Sosialisasi program kepada masyarakat

“Mesin crusher ini dapat menampung kapasitas sampah organik 1 ton per hari degan waktu pengoperasian mesin kurang lebih 6 jam per hari dengan menggunakan tenaga surya agar lebih ramah lingkungan,” Terang Rusdy selaku Ketua Tim PHDB IMAM. Ia memaparkan mesin crusher merupakan salah satu mesin pengolah sampah yang berfungsi untuk mencacah berbagai jenis sampah organik yang diantaranya ialah rumput, limbah sayur, limbah daun, ranting kecil, dan bahan organik yang lainnya. Lebih lanjut diterangkan cara kerja mesin crusher, Pertama yaitu mengecek terlebih dahulu untuk memastikan semua sistem dalam mesin aman. Kemudian tekan tombol on atau start untuk menyalakan mesin tersebut. Untuk jalurnya dari panel langsung masuk ke dinamo atau motor penggerak yang kemudian diteruskan ke sistem pencacah melalui v-belt atau rantai. Di dalam sistem pencacahan sendiri meliputi berbagai macam-macam komponen. Pisau Dalam hal ini sebuah pisau dari mesin pencacah kompos sangat berperan penting, mengingat sebuah pisau ini adalah ujung tombak dari crusher kompos ini, dengan menggunakan pisau inilah semua material organik akan dicacah menjadi kecil-kecil. As dan dudukan pisau AS merupakan tempat menempelnya dudukan pisau, as ini bekerja dengan cara berputar, jika as ini berputar maka pisau dan dudukan pisau juga akan bergerak. Box / body (ruang pencacah ) ini juga tak kalah pentingnya dari sebuah mesin pencacah sampah organik , bagian ini harus dibuat tebal sebab di dalam box inilah limbah sampah organik nanti akan di giling. Hoper atau inlet garbage, sebagai mulut tempat kita memasukkan limbah / sampah organik. Kemudian untuk beroperasinya mesin tersebut yaitu dengan cara berputar dimana tenaga dari motor penggerak diteruskan melalui v-belt atau rantai yang kemudian dihubungkan melalui poli boleh memutar as pisau yang berlawanan arah bergeraknya. Di dalam tong atau tempat pencacahan mesin tersebut sampah organik akan mengalami pengecilan bentuk karena pisau-pisau berputar ar dengan kecepatan anne-marie dan kemudian hasil dari penjelasan tersebut akan keluar melalui outlet yang sudah disediakan dan kemudian akan ditampung ke dalam bak penampungan. “Hasil dari pencacahan sampah organik tersebut akan digunakan sebagai kompos,” Tutup Rusdy.

Gambar 3 Perakitan alat

“PHDB merupakan salah satu wujud dari Tri Darma Perguruan Tinggi yaitu Pengabdian masyarakat,” Ungkap Nuraini Lusi selaku dosen pendamping program pengabdian ini. Ia menyampaikan setiap tahunnya Poliwangi mengadakan program PHDB ini untuk memfasilitasi mahasiswa dalam mengimplementasikan keilmuaan yang didapatkan selama proses perkuliahan kepada masyarakat. “Tahun ini, rekan-rekan dari UKM IMAM memberdayakan masyarakat melalui program olah sampah (POS) terutama dalam pengolahan sampah organik,” Tuturnya. “Terima kasih kepada adik-adik dari Poliwangi yang bersedia memilih desa kami sebagai tempat pengabdian. Semoga dengan adanya pengabdian ini dapat membantu masyarakat dalam mengatasi permasalahan sampah dan juga menggerakkan para pemuda untuk lebih peduli lagi terhadap lingkungan,” Ungkap Rizal Fikri selaku ketua karang taruna desa Pakistaji.

Gambar 4 Penyerahan alat kepada masyarakat